Langsung ke konten utama

Mengenal Enam Tokoh Bangsa Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional

ilustrasi
BRIGADE HIZBULLAH PBB -- Enam tokoh bangsa mendapat anugerah gelar Pahlawan Nasional. Penghargaan diberikan Presiden berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 120/TK/Tahun 2019 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional tertanggal 7 November 2019.

Laman setkab.go.id menyebutkan enam nama yang masuk daftar merupakan tokoh pendidikan, jurnalis, dan mantan Menteri Keuangan pada era Presiden Soekarno dalam Kabinet Presidensial.

Berikut penerima anugerah gelar pahlawan pada tahun 2019:

1. Almarhumah Rohana Kuddus merupakan seorang aktivis sekaligus jurnalis perempuan asal Sumatra Barat. Rohana memperjuangkan hak-hak perempuan, terutama di bidang pendidikan.

2. Almarhum Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi (Oputa Yii Ko) tokoh dari Sulawesi Tenggara merupakan sosok pejuang gerilyawan yang menentang penjajahan Belanda di Kesultanan Buton.

3. Almarhum Prof. Dr. M. Sardjito, merupakan perintis serta rektor pertama Universitas Gadjah Mada tahun 1950-1960 dan rektor UII tahun 1961-1970.

4. Almarhum Prof. K.H. Abdul Kahar Mudzakkir, merupakan perintis UII dan menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

5. Almarhum A.A. Maramis, merupakan Menteri Keuangan era Presiden Soekarno dalam kabinet Presidensial.

6. Almarhum K.H. Masjkur, merupakan pendiri Yayasan Sabilillah, dan sebagai Ketua Yayasan Universitas Islam Malang (Unisma) pertama.

Upacara penganugerahan gelar Pahlawan Nasional dilakukan di Istana Bogor, Jumat (8/11/2019). Sejumlah pejabat yang hadir diantaranya Mensesneg Pratikno, Seskab Pramono Anung, Mensos Jualiari Batubara, Menteri Agama Fachrul Razi dan Menteri Kesehatan Terawan.

Selain itu Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, dan Jaksa Agung ST Burhanuddin. Hadir juga Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kapolri Jenderal Idham Aziz, para pimpinan DPR dan pimpinan MPR, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa dan Gubernur Sulawesi Tenggara Ali Mazi.

Usai upacara penganugerahan gelar Pahlawan Nasional, Presiden dan Wakil Presiden memberikan ucapan selamat kepada ahli waris dan pendamping penerima Gelar Pahlawan Nasional diikuti pejabat dan tamu undangan yang hadir.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aneh! Mesir Bantu LNA Libya, Netizen Malah Sibuk Romantisme Dinasti Firaun dan Utsmaniyah

Kampanye anti terorisme Libya yang dilaksanakan oleh pemerinatahan GNA Libya melawan milisi LNA Jenderal Haftar malah melebar kemana-mana. Secara politik GNA memang didukung oleh Turki, Qatar, NATO dll namun LNA juga didukung oleh Arab Saudi, UAE, Prancis, Rusia, Yunani dll. Namun usai Mesir mengerahkan pasukan ke perbatasan Libya untuk mendukung LNA, netizen di jagat Twitter malah sibuk dengan romantisisme Dinasti Firaun dengan Utsmaniyah Turki. Ada yang membandingkan peta luas wilayah yang pernah dikuasai oleh Firaun Mesir dengan peta Utsmaniyah. Namun ada juga yang menjelaskan perbandingan itu tidak sesuai konteks. Tapi seharusnya antara Utsmaniyah dengan Mamluk. Mamluk adalah Dinasti yang pernah berkuasa di Mesir dan pernah menghalau perluasan pasukan Mongol usai menduduki Baghdad. Namun secara darah, Mamluk sebenarnya adalah orang Turki juga yang bisa saja berasal dari berbagai ras. Lihat bernagai komentar netizen di sini: https://twitter.com/LNA2019M/status/1269685911

Riwayat Penerbit Bulan Bintang

Kantor Penerbit Bulan Bintang Berbeda dengan Al-Maarif, Penerbit Bulan Bintang sejak awal berdiri pada 1951 sudah mematenkan diri mempublikasikan buku-buku berkualitas dan ditujukan untuk kelas menengah ke atas. Penerbitan yang diinisiasi Haji Abdul Manaf El-Zamzami aliah Haji Amelz ini pada masa jayanya mampu menerbitkan 120 judul buku dalam setahun. Ketika Orde Baru mulai menguat, Bulan Bintang tetap berani menerbitkan karya-karya para tokoh Masyumi yang kritis kepada rezim seperti Hamka, Mohammad Natsir, Mohamad Roem, juga Profesor Harun Nasution (hlm. 164-165). Baca:  Kisah Penerbit Buku Legendaris Bulan Bintang Dan Amelz, Sang Pendiri Asal Aceh Kedua penerbit ini memudar kejayaannya kala memasuki dasawarsa 1980-an. Keduanya dibelit masalah manajerial dan tak mampu menyesuaikan diri dengan perubahan pasar perbukuan. Eksistensinya mulai tergerus oleh penerbit-penerbit buku Islam baru yang muncul dengan langgam berbeda. ( baca selanjutnya )

95 Persen Netizen tak Yakin Dirut Baru @Imanbr Bisa Buat @TVRINasional Lebih Baik dari @TRTWorld dan @AJEnglish

Iman Brotoseno, kader PDIP, terpilih menjadi Dirut TVRI. Ternyata tak semua netizen yakin dengan kemampuan pengganti Helmi Yahya tersebut. Dalam sebuah polling di Twitter, hampir 95 persen yakin TVRI tak mampu bangkit di bawah kepemimpinan dirut yang baru itu. Baca sumber: https://twitter.com/pbb2024/status/1266765928227717120?s=19