Langsung ke konten utama

Kejagung Segera Sita Tambang Emas Tersangka Jiwasraya



BRIGADE HIZBULLAH PBB -- Kejaksaan Agung (Kejagung) menanggapi rencana pengelolaan tambang emas PT Batutua Waykanan Minerals milik tersangka kasus dugaan korupsi PT Asuransi Jiwasraya (Persero) Heru Hidayat. Aset berharga ini rencananya akan diserahkan kepada PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). (baca)

Jaksa Agung Muda pada Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Ali Mukartono menilai pengelolaan ini sangatlah wajar. "Yang menyita negara. Kalo (yang) mengelola negara pas dong," kata Ali di Gedung Bundar Jampidsus Kejagung, Jumat (6/3).

Status tambang emas yang berlokasi di Lampung itu saat ini statusnya masih belum disita oleh Kejagung. Namun dalam waktu dekat, penyitaan akan segera dilakukan.

"Tapi ya dalam waktu dekat ini segera kita sita setelah kita tahu komposisinya ya. Kepemilikannya berapa persen," kata Direktur Penyidikan pasa Jampidsus Kejagung Febrie Adriansyah.

Namun, Febrie memastikan status dari tambang lain yang dimiliki Heru Hidayat, yakni tambang batu bara dengan nama PT Gunung Bara Utama (GBU) yang berlokasi di Kutai, Kalimantan Timur sudah berstatus sita. Juga dengan perusahaan ikan arwana yang ada di sekitar Kota Pontianak, Kalimantan Barat.

Tambang batu bara Heru Hidayat menjadi 'bola panas' dalam waktu seminggu terakhir setelah Kementerian BUMN mengumumkan akan mengelola PT Gunung Bara Utama (GBU) melalui produsen batu bara pelat merah, PT Bukit Asam Tbk (PTBA).

Manajemen Trada Alam Minera membantah informasi tersebut dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI). Namun manajemen TRAM mengakui penyitaan yang dilakukan Kejagung atas aset tambang GBU yang berlokasi di Kutai, Kalimantan Timur, sudah berdampak ke bisnis perusahaan.

Pernyataan itu disampaikan manajemen TRAM yang ditandatangani Direktur Utama Soebianto Hidayat berserta dua direksi lainnya dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Manajemen mengungkapkan perseroan sudah kena efeknya karena sehubungan dengan penyitaan dilakukan Kejagung, telah mengakibatkan kegiatan operasional PT GBU terganggu di antaranya kesulitan menata dan mengatur arus kas keuangan, karena mitra penyedia barang dan jasa meminta pembayaran dimuka, menunda pengiriman.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aneh! Mesir Bantu LNA Libya, Netizen Malah Sibuk Romantisme Dinasti Firaun dan Utsmaniyah

Kampanye anti terorisme Libya yang dilaksanakan oleh pemerinatahan GNA Libya melawan milisi LNA Jenderal Haftar malah melebar kemana-mana. Secara politik GNA memang didukung oleh Turki, Qatar, NATO dll namun LNA juga didukung oleh Arab Saudi, UAE, Prancis, Rusia, Yunani dll. Namun usai Mesir mengerahkan pasukan ke perbatasan Libya untuk mendukung LNA, netizen di jagat Twitter malah sibuk dengan romantisisme Dinasti Firaun dengan Utsmaniyah Turki. Ada yang membandingkan peta luas wilayah yang pernah dikuasai oleh Firaun Mesir dengan peta Utsmaniyah. Namun ada juga yang menjelaskan perbandingan itu tidak sesuai konteks. Tapi seharusnya antara Utsmaniyah dengan Mamluk. Mamluk adalah Dinasti yang pernah berkuasa di Mesir dan pernah menghalau perluasan pasukan Mongol usai menduduki Baghdad. Namun secara darah, Mamluk sebenarnya adalah orang Turki juga yang bisa saja berasal dari berbagai ras. Lihat bernagai komentar netizen di sini: https://twitter.com/LNA2019M/status/1269685911

Riwayat Penerbit Bulan Bintang

Kantor Penerbit Bulan Bintang Berbeda dengan Al-Maarif, Penerbit Bulan Bintang sejak awal berdiri pada 1951 sudah mematenkan diri mempublikasikan buku-buku berkualitas dan ditujukan untuk kelas menengah ke atas. Penerbitan yang diinisiasi Haji Abdul Manaf El-Zamzami aliah Haji Amelz ini pada masa jayanya mampu menerbitkan 120 judul buku dalam setahun. Ketika Orde Baru mulai menguat, Bulan Bintang tetap berani menerbitkan karya-karya para tokoh Masyumi yang kritis kepada rezim seperti Hamka, Mohammad Natsir, Mohamad Roem, juga Profesor Harun Nasution (hlm. 164-165). Baca:  Kisah Penerbit Buku Legendaris Bulan Bintang Dan Amelz, Sang Pendiri Asal Aceh Kedua penerbit ini memudar kejayaannya kala memasuki dasawarsa 1980-an. Keduanya dibelit masalah manajerial dan tak mampu menyesuaikan diri dengan perubahan pasar perbukuan. Eksistensinya mulai tergerus oleh penerbit-penerbit buku Islam baru yang muncul dengan langgam berbeda. ( baca selanjutnya )

95 Persen Netizen tak Yakin Dirut Baru @Imanbr Bisa Buat @TVRINasional Lebih Baik dari @TRTWorld dan @AJEnglish

Iman Brotoseno, kader PDIP, terpilih menjadi Dirut TVRI. Ternyata tak semua netizen yakin dengan kemampuan pengganti Helmi Yahya tersebut. Dalam sebuah polling di Twitter, hampir 95 persen yakin TVRI tak mampu bangkit di bawah kepemimpinan dirut yang baru itu. Baca sumber: https://twitter.com/pbb2024/status/1266765928227717120?s=19